Senin, 16 Mei 2011

guruku brengsEk banget

Pembaca setia, tentunya anda bertanya-tanya bagaimana aku memanage hubunganku
dengan mantan guruku mbak Eva dan adiknya Atika. Sehari sesudah permainan
histerikku dengan Atika, mbak Eva menemuiku. “Atika told me what you did to her
yesterday..” Kata-kata singkat itu di ucapkan dengan nada bergetar menahan
emosi. Aku betul-betul lemas mendengarnya.. yah.. kejadian juga.. bisa-bisa
malah aku kehilangan mbak Eva karena perbuatanku ini.. Akhirnya aku mengusulkan
untuk melibatkan Atika dalam pembicaraan ini yang akhirnya membawa kami bertiga
pada suatu diskusi paling terbuka yang pernah aku alami. Mbak Eva, Atika , dan
aku saling membagi perasaan kami dengan apa adanya, tanpa basa-basi, tanpa
maksud terselubung.. luar biasa !! keterbukaan ini, ajaibnya, membuat perasaan
kasih sayang diantara kami semakin kuat. Akhirnya kami sepakat, bahwa dalam
seminggu 2 hari waktuku untuk mbak Eva, 1 hari kosong, 2 hari berikutnya untuk
Atika, dan 2 hari sisanya kosong. Karena hubungan kami ini murni hubungan
sexual, maka sengaja kami masukkan hari-hari kosong untuk memberi kesempatan
tubuhku beristirahat. Tapi ya… dalam praktek sih.. itu terserah aku.. kalau
aku sedang mood untuk permainan kasar.. ya aku temui Atika.. kalau sedang mood
permainan lembut.. ya aku temui kakaknya.. GILA ! Ini memang pengalamanku yang
paling gila !! But its REAL !!!
“Buka mulutnya dong mas Rafi..” Maria menyodorkan sepotong kue ke mulutku. Aku
menyambutnya sambil pura-pura menggonggong sehingga membuat anak gadis mbak Eva
itu tertawa geli melihat tingkahku. Hari ini genap sudah sebulan aku tinggal di
keluarga mbak Eva. Seminggu terakhir ini load pekerjaanku agak berkurang
sehingga hari-hari ‘kosong’ ku selain kupergunakan untuk memberi kepuasan
‘extra’ pada mbak Eva dan Atika (’kan hari ‘kosong’ mestinya istirahat..), juga
kupergunakan untuk mengenal Maria lebih dekat. Anak gadis yang semula kutaksir
berusia 18 tahun itu ternyata berumur 21. “Mama memang kawin muda.. dia
melahirkan Ria ketika berumur 19 tahun..!! Hebat ya ?” Katanya ketika kutanya
usia sesungguhnya. Ya, aku tahu kalau mamamu hebat Maria.. mamamu dan tantemu
adalah wanita-wanita yang hebat di atas ranjang.. hebatnya lagi, mereka bisa
menutupinya darimu….”Kalau kamu sendiri gimana ?” tanyaku memancing “Yaaa..
yang penting kuliah selesai dulu.. tapi, ngga juga sih.. namanya juga jodoh..
kita ngga pernah tau.. kalau besok tiba-tiba datang seorang pangeran tampan yang
kaya raya dan baik hati lalu melamar Ria ? Masak nolak?” “Kalau gitu kuliahnya
ngga selesai dong..”"Lho mas ini gimana, ya kasih syarat dong.. boleh kau
melamarku tapi biarkan aku menyelesaikan studi ku.. gitu looo..” Maria memang
anak yang sangat cerdas. Buktinya tahun depan ia akan meraih gelar insinyur di
IPB. Dengan pengetahuannya yang luas ia selalu menjadi teman diskusi yang
menyenangkan ditambah lagi dengan sifat keibuan dan perhatiannya yang tinggi
pada orang lain, membuat Maria menjadi sosok ideal bagi setiap pria untuk
dijadikan seorang pendamping hidup.. Oh satu lagi.. soal fisik ! Tubuh Maria
adalah kombinasi antara mbak Eva dan Atika. Tubuhnya tinggi semampai, ukuran
buah dadanya persis seperti ibunya dan jauh lebih kencang dan ketat, maklum…
perawan. Gadis ini juga mempunyai hobi mengkoleksi BH yang bentuknya
aneh-aneh… entah dari mana didapatnya itu.. Seperti saat ini karena ia
mengenakan kaos komprang bergambar Tweety favoritnya maka bila lengannya
diangkat, maka terlihatlah buah dadanya yang besar itu dibalut oleh BH nya yang
bermodel bikini dimana cupnya berbentuk sarang laba-laba sehingga kulit buah
dadanya yang putih itu dapat terlihat. Putingnya ditutup oleh gambar seekor
laba-laba kecil. Bila sedang bercerita dengan semangat, tampak gundukan besar
itu bergoyang-goyang. Wuih.. syurr juga aku dibuatnya. Urusan wajah, Maria lebih
mirip ayahnya yang asli Solo. Kalau dicari bandingannya raut wajahnya bisa
dimirip-miripkan dengan Widi AB THREE. Hanya saja, hidung Maria lebih mancung
dan tubuhnya lebih tinggi dan seksi. Secara keseluruhan, Maria jauh lebih
menarik dibanding Widi. Terus terang, aku betah duduk berlama-lama di dekatnya..
“So, gimana Fi ? Bisa ngga kamu nganter si Ria survey ?” mbak Eva bertanya
seraya memberikan piring penuh dengan nasi hangat kepadaku. Sore itu aku ia
mentraktir seluruh keluarganya karena mendapat promosi menjadi direktur program
di kursus bahasa Inggris tempatnya bekerja. “Iya mas, Ria harus survey tentang
pola tani di daerah perbukitan. Ini juga baru survey lokasi kok.. belum
penelitiannya.. jadi paling lama cuma makan waktu 2 hari..” Seekor kucing
kelaparan tentu tak akan menolak diberi ikan asin. Dan bagiku, Maria adalah ikan
kakap !! “Sure.. ngga masalah.. kapan kita berangkat ?” Tanyaku enteng.. “Gimana
kalo malam ini juga mas…” “Malam ini ?” seruku bersamaan dengan Atika. Mbak
Eva tak kuasa untuk menyembunyikan senyumnya. Ia mengerti, karena malam ini
seharusnya aku adalah ‘jatah’ Atika. Dan hari Senin, suami Atika akan pulang
dari Dubai. “Iya, malam ini, supaya Minggu sore kita sudah sampai lagi ke
Bogor.. soalnya kalau Minggu pulangnya kemalaman, kasian mas Rafi.. Senin kan
harus ngantor… gimana mas ?” Maria memandangku dengan kerlingan mata bundarnya
yang indah.. “I don’t mind.. lets go then..” jawabku seraya melirik Atika. Istri
kesepian itu tak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Alisnya mengkerut, bibirnya
merengut, dan matanya menatapku kesal. Well.. I am sorry my dear.. keliatannya
aku harus mengecewakanmu nanti malam…
Aku berjalan sambil menggendong ransel tentara di pundak. Aku dan Maria tengah
menyusuri sebuah sungai yang terletak 60 km di selatan Bogor. Kami sedang
bersiap-siap melintasi sungai itu untuk mencapai desa Batu Sumur yang terletak
di areal yang berbukit-bukit. Dari deskripsi yang diberikan oleh dinas pembinaan
desa Pemda Jawa Barat, desa tersebut tampaknya ideal untuk proyek penelitian
akhirnya Maria. Masih terngiang bisikan mbak Eva ketika melepaskan kepergian
kami “Fi.. promise me.. please don’t touch her.. she is still a virgin.. “. Saat
itu aku hanya tersenyum.. dan aku bersyukur bahwa I don’t give my word to Eva,
karena semakin lama berdua dengan Maria, semakin sexy penampilannya dimataku..
(dasar mata keranjang… susah..!!) “Wah, jembatan kayunya masih 2 km lagi dari
sini mas..” Ria menunjuk lokasi jembatan itu di peta “Tapi jembatan tali sudah
keliatan.. tuh dia..” Gadis manis itu menunjuk ke sebuah jembatan darurat
terbuat dari tali tambang yang disimpul erat. Kuperhatikan wajah manis yang
menggunakan topi tentara, kemeja lapangan berwarna coklat, dan celana pendek
komprang dengan warna yang sama. Kemeja itu tak dapat menyembunyikan keindahan
tubuhnya. Di bagian dada tampak kancing-kancingnya agak tertarik karena desakan
dua buah dadanya yang besar itu (kutaksir sekitar 36..). Namun karena badannya
yang tinggi (sedikit lebih pendek dariku yang 176 cm..) bentuknya jadi
proporsional.. dan indah…. titik-titik keringat berkumpul di ujung hidung
mancungnya.. bibirnya yang mungil nampak kering oleh panasnya udara.. kain di
sekitar ketiaknya basah oleh keringat. Aku memandang jembatan tali itu dengan
agak kawatir.. “Apa kuat menahan beban tubuh kita ? Apa tidak sebaiknya kita
pergi menuju ke jembatan kayu ?” tanyaku sambil melihat potongan ilalang dan
bercak tanah merah yang menempel di betis dan pahanya yang mulus itu. “And walk
for another 2 Kilo ?.. hmm.. mas Rafi..sebentar lagi kayaknya mau hujan deh..
jadi kita harus cepat-cepat, no risk no gain..” katanya sambil tersenyum. Benar
juga. Soalnya dari sungai itu kita masih harus jalan 5 km lagi untuk sampai ke
desa. Tampak tangannya membuka kancing kemejanya yang ke satu dan kedua..
sehingga putihnya gundukan besar buah dada itu terlihat olehku. Udara mendung
sore itu semakin terasa gerah saja.. “Ok kalau begitu biar aku dulu yang
nyeberang.. baru kamu.. sungainya juga keliatan ngga terlalu dalem kok.. ”
kataku seraya menapakkan kakiku di jembatan tali itu.. Aku merayap
perlahan-lahan.. memang tali itu sangat kokoh sehingga kekhawatiranku
berkurang.. “Mas.. Ria juga naik ya …. talinya kuat kan.. ” Tanpa menunggu
jawabanku, gadis bertubuh tinggi sintal itu mulai merayap di belakangku.. tali
mulai bergoyang-goyang.. ingin aku berteriak untuk menyuruhnya kembali, namun
kuurungkan karena kawatir ia terkejut.. geraknya semakin cepat ke arahku yang
masih menunggu.. tiba-tiba kaki gadis itu tergelincir… badannya yang dibebani
ransel kehilangan keseimbangan dan.. “Mas.. AAAAAAAAIII… ” BYUUURRRR.. Maria
tercebur ke dalam sungai berwarna coklat itu.. Aku terkejut melihat gadis itu
menggapai-gapai.. My GOD..Maria rupanya tidak bisa berenang !! Tanpa pikir
panjang kulempar ranselku dan terjun ke sungai. Tanganku memeluk lehernya dari
belakang dan kuseret ke sisi tujuan kami. Tubuh Maria terasa berat karena ia
masih membawa ransel. Maria megap-megap dengan wajah pucat karena terkejut.
“Ngga apa..ngga apa..its OK.. you’re save now..” Kataku sambil memeluk erat
tubuh sintal Maria.. wouww.. dalam suasana panik seperti itu masih juga dadaku
terasa berdesir.. benar-benar montok tubuh perawan ini terasa dalam pelukanku..
dengan spontan kucium keningnya untuk menenangkan Maria yang masih pucat dan
gemetar karena kaget. Tetesan air dari langit perlahan mengetuk-ngetuk muka
kami.. dan dalam 1 menit hujan turun dengan lebatnya diikuti oleh kilat yang
menyambar.. What a day… aku melepaskan pelukanku dan menyapu sekelilingku
dengan pandangan.. ahhhh thank god, kuliat sebuah gubuk kira-kira 200 m di depan
kami. “Maria.. disitu ada gubuk” kataku riang “ayo kita kesana..” kuangkat tubuh
gadis itu dan kupapah menuju gubuk itu. Gubuk itu rupanya tak berpenghuni.
Perfect! lalu kubuka ransel Maria. Hanya ada bivak untuk bermalam dan kaleng
makanan dan minuman.. shit.. pakaian kering ada di ransel satu lagi yang
kulepaskan ketika terjun ke sungai.. dan ransel itu seingatku juga tercebur ke
dalamnya.. ya nasib.. akhirnya ku bentangkan bivak sebagai alas duduk, dan
kududukkan Maria di atasnya “ahhhh…” terdengan gadis itu menghela nafas lega
seraya tersenyum “mas Rafi.. thanks ya Ria udah ditolongin…” Aku balas
tersenyum “its OK non.. lain kali lebih hati-hati ya ..?” Lalu kubuka bajuku dan
menggantungnya di tali jemuran tua yang masih ada di dalam gubuk itu. Maria
memandang tubuhku yang cukup atletis itu terlihat pandangannya menyapu perlahan
dari otot leherku.. otot dadaku yang bidang.. otot perutku yang berbentuk
kotak-kotak kecil…. pusarku yang mulai ditumbuhi bulu.. semakin kebawah..
dimana bulu-buluku makin lebat… kebawah lagi… dan berhenti di tonjolan di
balik celana pendekku … Aku agak kikuk juga melihat penisku yang berdiri
karena udara dingin. Apalagi sambil dipandangi oleh mata cantik milik Maria itu.
Entah apa yang dipikirkannya… tiba-tiba kulihat Maria terbelalak melihat
pahaku “adduhh mas.. ada LINTAH !!” serunya sambil bangkit dan mendekat ke
pahaku. Akupun panik dibuatnya. “sebentar mas.. jangan bergerak.. ini ada satu..
dua..” lalu dengan serius ia berputar ke belakang, ke depan lagi.. tangannya
tanpa sadar menyingkapkan celanaku yang cukup longgar semakin ke atas..”nah..
ada satu lagi mas..hhhhh” mendadak ia seperti hendak tersedak ketika matanya
tertumbuk pada CD ku yang basah kuyup sehingga tak kuasa menutupi testis dan
batang penisku yang jelas tercetak di kain basah itu. Mungkin seumur hidup,
perawan itu baru sekali ini melihat testis dan batang penis yang tengah berdiri
tegak itu.. Aku yang masih memusatkan perhatianku pada lintah-lintah di pahaku
itu dengan polosnya membuka celana pendekku dan memelorotkannya ke lantai “Ria..
tolong liat lagi apakah masih ada lintah yang nempel di kakiku ?” Mata Maria
makin terbelalak, karena kini terlihat benar bentuk batang penisku yang tengah
berdiri itu dari luar CD basahku.. bahkan belakangan baru kusadari kepalanya
yang laksana helm perang dunia II itu menyembul keluar mengarah ke pusar.
“Emmm.. emmmm.. ngga deh mas.. cu..cuman tiga..” jawabnya tergagap sambil terus
menatap kepala penisku. Aku masih juga belum ‘ngeh’ akan situasi yang sebenarnya
bisa menjadi ‘opportunity’ … masih dengan naifnya aku berkata pada anak mbak
Eva itu “Ria.. jangan-jangan di tubuh dan kakimu ada juga lintah menempel..
sebaiknya kamu periksa dulu..” Mendengar itu Maria langsung berdiri dan bergegas
membuka kemeja basahnya. Dibukanya kancing kemejanya yang ketiga.. (belahan buah
dadanya semakin jelas..) keempat.. (buah dadanya sudah terlihat lebih jelas..
putih warnanya di bawah cahaya matahari menjelang senja..) dan terakhir..Maria
membuka bajunya dengan kedua tangannya ke samping.. di saat itulah aku melihat
kedua buah dada besar berukuran 36 itu menggelantung menantang untuk di jamah.
Dan BH nya… my god… model BH nya..!!! Maria menggunakan BH berwarna merah
dengan bentuk bikini yang talinya hanya selebar 1/2 cm !! Tapi yang membuat
kepala penisku semakin menyembul dari CD ku adalah penutup putingnya yang
terbuat dari bahan transparan berbentuk bibir Mick Jagger. Akibatnya, mataku
dapat melihat dengan jelas puting berwarna coklat kemerahan itu berdiri tegak di
tengah dinginnya hujan. Karena terburu-buru melepaskan, pakaian Maria tersangkut
di kedua sikunya di belakang punggungnya. Gadis itu menggoyang-goyangkan
tangannya untuk bisa segera terbebas dari belitan bajunya. Akibatnya, buah
dadanya bergeletar dan bergayut ke kanan dan ke kiri. Getarannya persis seperti
getaran puding besar yang diguncang piringnya. Aku mulai terangsang melihat
gadis setengah telanjang itu menggeliat-geliat di hadapanku. Kembali terngiang
pesan ibunya di telingaku.. “Fi.. promise me.. please don’t touch her.. she is
still a virgin.. “. Kembali kulihat buah dada besar dengan putingnya yang
bergelayut itu… Ou what the hell… kuhampiri tubuh mulus itu dan kuputar
sehingga ia membelakangiku “Sini kubantu Ri..” tanganku menarik bajunya hingga
terlepas. “Sorry Ria.. ini supaya cepat..” kutempelkan dada dan perutku di
punggungnya yang polos itu.. kujulurkan tanganku seakan memeluk perut depannya..
dan tanganku membuka celana pendek komprangnya dan dengan cepat menurunkan
resleting. Ketika resletingnya sudah mencapai dasar dengan sengaja kutekan
resleting itu bersama jari-jariku ke selangkangannya “Ahhhh… mas Rafi…”
desahnya sambil melirik ke belakang dengan pandangan merajuk. Saat itu praktis
aku memeluk tubuh perawan itu dari belakang. Bagian depan tubuhku kutempelkan ke
punggungnya. Penisku yang semakin besar itu dengan tenangnya berlabuh di belahan
pantat Maria yang sekal itu.. Gadis itu rupanya merasa bahwa penisku menempel di
belahan pantatnya tiba-tiba aku merasakan bahwa Maria sengaja menggerakkan otot
pantatnya sehingga kedua buah pantatnya bergerak menjepit penisku.. aaaawww..
nikmatnya… yess keliatannya gadis ini sudah mulai terpengaruh suasana… saat
itu pipi kananku menempel di kuping kirinya. Dari balik punggungnya kulihat ke
bawah buah dadanya yang besar dan ketat itu berbentuk kerucut dengan putingnya
yang sudah menonjol.. entah karena dingin… atau karena suasana… “Ria..”
bisikku dengan serak.. “jangan panik ya.. di dada sebelah kiri kamu ada lintah..
Ria tercekat.. dengan raut muka ketakutan ia memandang buah dada kirinya
dan..”Iiiiiiih… mas… jijik.. buangin dooongg..” “ya..ya.. biar aku periksa
dulu lainnya.. supaya yakin ada berapa lintah yang ada di tubuh kamu..” Akupun
melepaskan celana pendeknya, sehingga saat itu.. kami dua orang anak manusia
berlainan jenis, berpelukan dengan hanya memakai pakaian dalam. Bentuk CD Maria
lagi-lagi lain dari pada yang lain.. bentuknya sih standar.. tapi di daerah
vaginanya ditutupi oleh kain bermotif jaring, sehingga otomatis dari jaring itu
keluarlah bulu-bulu keriting yang sangat lebat itu.. nafsuku sudah naik ke
kepala. Aku sudah tak peduli dengan pesan-pesan ibunya… di dalam pikiranku
sekarang cuma ada satu kata.. “Perawani !!”. Tanganku mulai meraba-raba
punggungnya dari atas.. ke bawah…melewati pinggang.. pantat… buah pantat
kanan.. “mas…apa ngga bisa dilihat aja ? kalau diraba kan geli..” ujarnya
tersenyum.. belum juga bisa kutebak senyum itu.. apakah artinya.. teruskan…
atau..stop..!! “biar yakin aja Ria.. ” kataku sambil meneruskan rabaanku ke buah
pantat kiri.. lalu kutelusuri belahan pantatnya ke bawah.. melewati anus.. terus
ke selangkangan.. dan kutekan tanganku di vaginanya “Aaaaaa.. mas Rafi aaa..
tangannya kok nakal.. nanti Ria marah nih..” Lagi-lagi anak mbak Eva itu
melirikku dengan pandangan merajuk.. kuputar lagi tubuhnya sehingga kita saling
berhadapan, kemudian aku berjongkok dan kulihat ada 2 lintah menempel di paha
bagian dalam kiri dan kanan.. bener-bener hebat lintah-lintah itu.. tau benar
dia tempat-tempat strategis untuk menghisap darah.. tak lupa aku memandang ke
arah selangkangannya yang hanya tertutup jaring itu sehingga tampak jelas
segunduk daging gemuk yang ditutupi bulu-bulu keriting nan lebat itu. Maria
melihat tingkahku itu dan dengan segera menutupinya dengan jari tangannya..”mas
Rafiiii… kok malah ngintip sihh.. mbok tolong buangin lintahnya.. nanti Ria
bilangin mama lo..” rajuknya dengan manja. “Oke..Oke.. begini caranya… lintah
ini akan kita taburi garam.., lalu kita buang.. begitu sudah lepas.. sebaiknya
bekas gigitan lintah itu kita sedot dan buang darahnya ke lantai supaya tak ada
racun yang masuk.. is that clear..?” Ria mengangguk mendengar penjelasanku yang
– terus terang — cuma didasari oleh logika “ngeres” itu. Aku mengambil garam
yodium di ransel Maria, dan mulai kutaburi di lintah yang menempel di dada
kirinya.. “Ria .. sorry.. bisa dibuka BH nya semua ? aku takut kalau lintahnya
lepas malah jatuh ke dalam cup BH.. bisa berabe nanti.. ” Ria mengangguk
menuruti permintaanku yang ditunjang mimik serius itu.. ia menjulurkan kedua
tangannya ke belakang punggung dan… tassss.. terlepaslah kedua buah dada
cantik itu dan bergelayut dengan menantang. Begitu dekatnya mataku sehingga aku
bisa melihat urat-urat birunya di sepanjang buah dada itu. Tangan kananku
memegang buah dada kirinya, mengangkatnya.. “sssss… mau diapain mas..?”
bisiknya mendesis geli..” supaya garamnya ngga kemana-mana..” jawabku
seenaknya.. lalu kutaburi lagi lintah itu dengan garam seraya menempelkan jari
telunjukku di ujung putingnya.. “mmass..” Maria menatap mukaku dengan mata sayu
karena geli.. tubuhnya mulai menggeliat pelan.. beberapa detik kemudian lintah
itu menggeliat-geliat dan dengan mudah kutarik dan kubuang…. Maria meringis
ketika sedotan lintah itu terlepas.. Lalu kuturunkan mukaku, kudekati bibirku ke
bekas gigitan lintah yang berwarna biru itu, lalu perlahan-lahan kujilat..
“perih Ria..?” tanyaku.. “ehhhh.. g..geli..” rintihnya ketika aku mulai
mengecup-ngecup dadanya.. mula-mula perlahan.. kemudian sedikit keras.. dan
akhirnya kusedot dengan kuat.. “Ehhhhh mmas Rafiii..?!?!?” rengeknya sambil
menjambak rambutku.. mungkin maksudnya ingin mencegah.. tapi tak kulihat usaha
sungguh-sungguh ke arah itu.. perlahan tapi pasti kuperluas areal sedotanku
bukan hanya di bekas gigitan lintah tapi bergeser menuju putingnya..terus..
semakin dekat.. semakin dekat… dan…. “AUUUUUUWWW… !!!”
Bersamaan dengan masuknya puting panjang Maria ke mulutku, kuselipkan tangan
kananku ke dalam selangkangannya melalui perut, kusibakkan bulu-bulu keriting
lebatnya, dan… kujamah vagina mungil yang masih sempit itu.. Maria terbelalak
dan menutup kedua pahanya. Ia belum dapat menerima kedatangan benda asing di
daerah terlarangnya. Wow.. berarti belum pernah ada tangan lain yang piknik
kesana selain aku.. kenyataan itu membuatku semakin terangsang.. Maria
menggelinjang kegelian ketika kusedot dan kugigit puting kirinya.. ia sama
sekali tidak menolak ketika tangan kiriku mulai meremas dan memilin buahdada dan
puting kanannya. “Mmmasss..please.. stop dulu.. masih ada lintah yang mesti
dibuang..” bisiknya dengan suara serak.. stop dulu katanya.. stop dulu.. kalau
begitu pasti ada kelanjutannya.. “Ria.. coba kamu berbaring..” Maria mengikuti
permintaanku, “Sorry Ri..” kataku seraya membuka kedua belah pahanya. Aku
menelan ludahku berkali-kali.. susah betul kudeskripsikan dengan kata-kata
betapa merangsangnya ia dalam posisi itu.. lalu kutaburkan garam
sebanyak-banyaknya di atas tubuh kedua lintah yang seharusnya kuberi tanda jasa
itu karena memberi kesempatan menelanjangi Maria di hadapanku.. dan..
lintah-lintah itu menggeliat-geliat sebelum dengan mudah kulemparkan ke luar…
kupandangi CD nya yang merangsang itu, kupandangi bulu-bulu keriting itu..,
kiturunkan wajahku mendekati selangkangannya.. sekilas kulihat Maria mengangkat
kepalanya ingin melihat apa yang akan kulakukan di selangkangannya.. kutempelkan
bibirku di paha dalam kanannya.. bukannya kusedot, malah kutelusuri paha bagian
dalam itu ke atas mendekati vaginanya. Bau khas vagina perempuan menusuk
hidungku.. dan aku sangat hafal.. bahwa ini bau vagina yang sudah banjir !!
“Ehhh…hhhhhh…ssssss masss.. ” desisnya sambil menggoyang pinggulnya ke kiri
dan kanan. Bibirku sampai sudah di vaginanya. Kukecup CD nya yang sudah basah
oleh cairan vagina Maria.. lalu dengan jari telunjukku kukuakkan CD di
selangkangannya itu ke samping sehingga tampak belahan vaginanya yang sudah
mulai terbuka namun masih tampak sempit itu.. kukecup bibir vaginanya..kunaikkan
bibirku ke arah atas dan kutemukan bagian yang menonjol sebesar biji kacang lalu
tiba-tiba…….kukecup dan kusedot-sedot.. “AAAAHHH…ssss…MASSS” jeritnya
sambil tiba-tiba bangkit dari tidurnya sambil menjambak rambutku untuk
menghentikan aktifitasku..”mas..please..MAS RAFI..PLEASE… j..jangan mass..
nanti Ria keterusan… OUUUHHH..” lenguhnya ketika tanpa menghiraukan
kata-katanya aku mulai memasukkan dan menggerak-gerakkan lidahku ke dalam
vaginanya. Aku menghentikan jilatanku, kuangkat wajahku ke hadapan wajahnya..
kami berdua kini berada dalam posisi duduk…Kaki Maria mengangkang .. sedangkan
aku berlutut di hadapannya.. kupandang wajah cantik yang kini tak berani
memandang langsung mataku.. matanya hanya memandang bibirku yang semakin dekat
ke bibirnya.. semakin dekat dan.. Maria memejamkan matanya.. tangannya naik
memeluk leherku.. tanganku memeluk bahunya dan merapatkan buah dadanya ke
dadaku..kamipun berciuman dengan mesranya.. desahan dan rintihan halus terdengar
memenuhi gubuk itu.. sesekali kulepas bibirnya dan ku kecup kupingnya seraya
membisikkan kata-kata mesra.. “Aku sayang kamu Ria.. kamu cantik sekali..”
kemudian kulanjutkan ciumanku dengan kuluman lidahku dalam mulutnya.. Maria
ternyata cukup mahir dalam hal cium mencium.. ia melumat habis bibirku dan
menjelajah bersih seluruh rongga mulutku.. masih sambil menciumi bibirnya..
perlahan-lahan kubaringkan dan…… kutindaih tubuh sintal Maria dengan tubuh
tegapku sehingga buah dadanya yang besar itu serasa hendak pecah tergencet oleh
dadaku.. dengan cepat kuturunkan celana dalamku sehingga penisku seakan meloncat
keluar dan berdiri tegak mencari tempat berlabuh.. dengan lembut kubimbing
tangan kanan Maria ke selangkanganku dan kugenggamkan penis gemukku itu di
tangannya. Sambil menggigit dan mengecup bibirku, mata perempuan itu mendelik
ketika tangannya memegang raksasa kecil di selangkanganku itu..tangannya secara
refleks mulai bergerak maju-mundur..maju-mundur.. my god.. nikmatnya.. betapa
nikmatnya kocokan seorang anak perawan yang ibunya pun sering kusetubuhi.. kedua
tanganku turun ke pinggang Maria dan dengan cepat menurunkan CD nya.. tiba-tiba
Maria meronta, tangannya melepaskan penisku dan berpindah menahan CD nya agar
tidak diturunkan.. ia melepaskan bibirnya dari ciumanku dan dengan nafas
tersengal-sengal ia mendesah “mas Rafi.. j..jangan mass.. Ria takut keterusan..
Ria takuut… Ria belum siaap…” Aku mengecup kening dan pipinya dengan penuh
kasih sayang..”sh..sh..sh..sh..sh…. jangan takut sayang.. ibumu mengalami hal
ini 3 tahun lebih dulu dari usiamu yang sekarang.. dan dia ngga menyesal kan?”
“Oke..kalau begitu kita akan bermain tanpa mengganggu keperawananmu.. aku akan
memasuki hanya kalau kamu minta.. setuju??” Ria tersenyum lega dan mencium
bibirku. Tangannya kembali mengocok penisku dan akupun dengan leluasa menurunkan
CD nya.. akhirnya… Kaami berdua bergumul dengan penuh nafsu dalam keadaan
telanjang bulat… Maria mulai menggelinjang-gelinjang histeris
“Ouww..maaaass..maaaasss.. gellliiihhh aouww..” .. terutama bila kugesekkan
penis raksasaku ke klit nya. Untuk menambah kenikmatan gesekan itu.. Maria
mengangkat kedua pahanya sehingga kepala penisku menusuk-nusuk klitnya
yang….ya ampuuun…sudah sangat bengkak itu… tiba-tiba kurasakan hal yang
aneh di kedua pahaku…ya ampuuun.. lintah-lintah kurang ajar itu ternyata
dengan santainya masih menikmati darahku.. Kuhentikan kegiatanku “Ria.. tolong
aku ya?? Tolong buang lintah-lintah di kakiku..” Ria tertawa seraya mendorong
badanku ke samping “Ya ampun..mas.. saking asyiknya Ria jadi lupa..” “Kamu
ngerasa asyik Ria ?” tanyaku memancing. Mariia tertunduk sambil tersenyum lalu
menganggukkan kepala. “Pernah ngerasain asyik yang seperti ini dengan orang lain
? Pancingku lagi.. c’mon Fi.. cut it out.. it’s none of your business.. tapi aku
penasaran mendengar jawabannya.. sambil masih terus menunduk Maria menggelengkan
kepalanya.. tampak ia menggigit bibirnya tanda menahan rasa malu.. yessss so I
am the first time.. yessss…. to be the first selalu memberikan kebanggaan
tersendiri… yesss .. (dasar laki-laki !! first time aja diributin !!). Aku
berbaring sambil mengangkang, mata Maria tak bisa lepas dari penis gemukku yang
masih berbaring tegak dengan kepalanya yang nyaris menyentuh puser. Tangannya
menaburkan garam di tubuh lintah-lintah sialan itu.. dan tak lebih dari semenit,
binatang menjijikkan itu sudah pada berjatuhan. Maria melemparkannya jauh-jauh..
lalu langkah berikutnya ? Maria mendekatkan mukanya ke arah selangkanganku
perlahan-lahan.. semakin dekat.. semakin dekat.. dan terasa paha bagian dalam
kaki kiriku di sedot.. setelah beberapa saat ia berpindah meneyedot bekas
gigitan lintah di kaki kananku.. ketika itu kugesekkan penis raksasaku d pipinya
..tiba-tiba ia melepaskan sedotannya lalu membaringkan kepalanya di atas penisku
lalu seraya memejamkan mata ia membelainya dengan pipi kanan dan kiri.. seperti
sedang menyayangi anak kucingnya.. lalu ia menciumi dan menjilati batang penisku
dari arah testis keatas..terus ke atas.. perlahan tapi pasti terus ke atas…
sejenak ia berhenti di urat di bawah kepala penisku dan
menggigitnya..”Yaaaahhh..ouwww Ria.. enaknya.. belajar dari mana kamu..?”
“movie..” jawabnya pendek dan seketika itu juga ia membuka mulutnya lebar-lebar
dan mengamblaskan seluruh penisku ke dalam mulutnya… sungguh kasihan melihat
Maria di saat itu.. ia persis seperti seorang anak yang memasukkan 2 buah pisang
ambon ke dalam mulutnya… besar sekali.. Kemudian ia menaikkan kepalanya naik..
turun..naik.. turun.. tiba-tiba naik-turun, naik-turun, kebih cepat lagi..lebih
cepat lagi… aku bangkit duduk dan membelai punggung mulus Maria, yang
dilanjutkan dengan meremas kedua buah dada besar anak gadis itu terasa benar
kenyanya di telapak tanganku..”Mmmmhhh..Emhhhhh…Emhhhhhhh” ia menjerit-jerit
sambil terus mengulum ketika kuperas keras-keras kedua buah dadanya… tiba-tiba
aku berbaring kembali, namun tubuhku kupindahkan sedemikian rupa sehingga
wajahku tepat berada di bawah vaginanya..yess 69 position.. dan… kubenamkan
wajahku dalam hutan lebat milik perawan ini.. Aku menjilati seluruh bagian bibir
luar maupun dalam vagina Maria.. Perempuan itu menggelinjang-gelinjang dengan
dasyat di atas perutku. Ia juga tak menolak ketika kuselipkan lidahku ke dalam
vaginanya..semakin dalam.. semakin dalam.. lalu dengan lidah ditegangkan aku
menggerakkan mukaku maju-mundur di bawah vagina Maria. Perempuan itu
sungguh-sungguh sedang dalam puncak birahinya sehingga ia benar-benar lupa
diri.. satu-satunya hal dalam benaknya adalah.. kepuasan seksual.. apapun itu
namanya… Kugulingkan kembali Maria, lalu kutindih tubuh sintalnya.. kembali
kuciumi kuping dan lehernya.. mata Maria tampak terpejam dan kulihat ia sudah
mengangkangkan pahanya seakan menanti sesuatu.. aku agak ragu-ragu melihat
sikapnya itu.. tapi tak ada salahnya mencoba.. kuarahkan kepala penisku ke dalam
vaginanya. Kutempelkan di pintunya yang sempit itu.. tak ada perlawanan.. hanya
rintihan penantian yang menggairahkan.. “mas.terus masss…” aku mulai
memasukkan penisku ke dalam vagina sempit itu.. 1 cm..3 cm.. 5 cm.. Maria
menggigit bibir.. ia menghayati betul masuknya penisku centi demi centi… 7
cm.. “aaaaahh…..” 10 cm… “aaaAAAHH…” dan…16 cm
..”AAAAAAAAHHHHH…”BLESSSSS.. amblas sudah keperawanan Maria. Tampak darah
segar meleleh dari vaginanya dan membasahi bivak di bawah. Maria menggigit
bibir..alisnya berkerut..expresinya menunjukkan ia sedang merasakan kesakitan…
buah dadanya yang bergeletar kesana kemari kuremas dan kusedot… tiba-tiba aku
mulai menggenjot penisku keluar masuk vagina Maria.. “aaahhhh..mas…aduh
enaknyah..aduh enaknyahhh..aaaahhhh..” Maria menjerit-jerit histeris mirip
tantenya Atika. Gerakanku semakin cepat dan semakin cepat.. tiba-tiba kurasakan
otot-otot vagina Maria berkontraksi.. seluruh tubuh wanita itu menegang..Maria
memelukku dan mencium bibirku erat-erat…Juga pinggulnya berputar semakin
cepat.. Aku semakin cepat menggenjot penisku.. makin cepat.. makin cepat..
tiba-tiba kurasakan sesuatu menyemprot dari penisku… “RIIIAAAAAA…” “mmas
RAFIII…AAAAAAHH…” crat..crat..crat..crat…crat….. aku menembakkan
spermaku seraya menerima siraman air panas dari vaginanya. Kami terhempas
setelah mengarungi samudera birahi penuh nafsu ini. Maria memejamkan matanya.
Tampak ada air mata meleleh di ujungnya.. “Ria bahagia mas…Ria puas..” Kami
saling bercumbu mesra sambil berpelukan selama kurang lebih lima belas menit,
sebelum memutuskan untuk menggunakan baju lembab dan meneruskan perjalanan ke
Batu Sumur. Survey itu sukses, dan aku sempat sekali lagi bersetubuh dengan
Maria disebuah motel di Bogor sebelum kembali ke rumah.
Sampai bulan ke 6, aku menjalani kehidupan sex yang paling mengggairahkan selama
hidupku. Setiap minggu aku harus menyetubuhi at least mbak Eva dan anaknya
Maria… juga Atika bila suaminya berlayar.. Sesudah bulan ke-6 aku kembali ke
Jakarta. Hubunganku dengan Maria berlanjut hingga kini. Mbak Eva hanya tau bahwa
kita pacaran, tanpa tahu bahwa hubungan kami sudah seperti suami istri. Semenjak
aku menjalin hubungan serius dengan Maria, aku berhenti berhubungan sex dengan
mbak Eva. Janda cantik itu setahun kemudian menikah dengan seorang duda tanpa
anak. Atika melahirkan seorang anak hasil hubungannya denganku. Namun, suaminya
hanya tahu bahwa itu adalah anaknya. Atika mendapatkan sensasi yang luar biasa
karena bisa memperoleh anak dari bukan suaminya. Sensasi ini berupa perasaan
dendam yang terbalas. Aku hidup bersama dengan Maria yang tak pernah mengetahui
hubunganku dengan ibu dan tantenya…dan aku menghentikan petualangan sex ku
setelah Maria ada di sisiku..at least sampai hari ini… entah besok, atau
lusa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar