Selasa, 17 Mei 2011

aku emily dan evie

Saya berasal dari Indo, tapi sudah lama sekali tinggal dinegrinya “kanguru” Dan
atas saran teman teman, maka saya mensponsori seorang cewek dari Indo dengan
niat untuk menikah. Tapi setelah wanita itu mendapatkan izin tinggal tetap
dinegri ini, wanita itu meninggalkan saya. Begitu juga dengan yang kedua, yang
berasal dari America Latin.
Nah, karena rumah yang saya miliki ini mempunyai dua kamar dan karena saya hanya
tinggal sendiri sekaligus sudah kapok untuk mencari pasangan lagi, maka kamar
yang satunya saya sewakan pada seorang pelajar (cowok) dari Jepang. Namanya
Gamhashira.
Gamha yang playboy ini sudah dua hari pulang kenegrinya untuk berlibur setelah
menamatkan SMA nya.
Pada suatu sore dihari libur (liburan dari kerja) saya buang waktu saya dengan
main internet., lebih kurang satu setengah jam bermain internet, tiba tiba
terdengar suara bell.
setengah kesal saya hampiri juga pintu rumah saya, dan setelah saya mengintip
dari lubang kecil dipintu, saya lihat tiga orang gadis. Kemudian saya buka pintu
dan bertanya;
(maaf langsung saya terjemahkan saja kebahasa Indo semua percakapan kami)
“ Bisa saya bantu?” kata saya kepada mereka.
“ Maaf, kami sangat mengganggu, kami mencari Gamha dan sudah satu jam lebih kami
coba untuk telephon tapi kedengaran nya sibuk terus, maka kami langsung saja
datang.” Yang berwajah Jepang nyerocos kaya kereta express dinegrinya.
“Oh, soalnya saya lagi main internet, maklumlah soalnya hanya satu sambungan
saja telephon saya.” Jawabku. “Memangnya kalian tidak tahu kalau si Gamha sedang
pulang kampung dua hari yang lalu?” Lanjutku lagi.
Kali ini yang bule berambut sebahu dengan kesal menjawab “Kurang ajar si Gamha,
katanya bulan depan pulangnya, Jepang sialan tuh!”
“Eh! Kesel sih boleh, tapi jangan bilang Jepang sialan dong. Gua tersinggung
nih.” Yang berwajah Jepang protes.
“Sudahlah, memang belum rejeki kita dijajanin sama si Gamha.” Sekarang bule
bermata biru nyeletus.
Dengan setengah bingung karena tidak mengerti persoalannya, aku persilahkan
mereka untuk masuk. Mulanya mereka ragu ragu, akhirnya mereka masuk juga.
“iya deh, sekalian numpang minum.” Kata bule yang berambut panjang masih
kedengaran keselnya.
Setelah mereka duduk kami memperkenalkan nama kami masing masing.
“Nama saya Jacky” Kataku
“Khira” Kata yang berwajah Jepang (Dan memang orang Jepang).
Yang berambut panjang menyusul “Emily” (Campuran Italia dengan Inggris)
“Saya Eve”. Gadis bermata biru ini asal Jerman. “Jacky, kamu berasal dari mana?”
Lanjutnya. “Jakarta, Indonesia.” Jawabku sambil menuju ke lemari es untuk
mengambilkan minuman sesuai permintaan mereka.
Sekembalinya saya keruang tamu dimana mereka duduk, ternyata si Khira dan Eve
sudah berada di ruang komputer saya, yang memang bersebelahan dengan ruang tamu
dan tidak dibatasi apa apa.
“Aduh, panas sekali nich?!” si Emily ngedumel sambil membuka kemeja luarnya.
Memang diawal bulan December lalu, Australia ini sedang panas panasnya.
Aku tertegun sejenak, karena bersamaan dengan saya meletakan minuman diatas
meja, Emily sudah melepaskan kancing terakhirnya. Sehingga dengan jelas dapat
kulihat bagian atas bukit putih bersih menyembul, walaupun masih terhalangi kaos
bagian bawahnya. Tapi membuatku sedikit menelan ludah.
Tiba tiba aku dikejutkan dengan suara si Eve “Jacky, boleh kami main
internetnya?”
“Silahkan” Jawabku. Aku tidak keberatan karena aku membayar untuk yang tidak
terbatas penggunaan nya. “Mau nge chat yah?” tanyaku sambil tersenyum pada si
Emily.
“Ah, paling paling mau lihat gambar gituan” Lanjut Emily lagi.
“Eh, kaliankan masih dibawah unur?” Kataku mencoba untuk protes. “Paling umur
kalian 17th kan?” Sambungku lagi.
Khira menyambut “Tahun ini kami sudah 18th. Hanya tinggal beberapa bulan saja.”
Aku tidak bisa bilang apa apa lagi
Baru saja aku ngobrol dengan si Emily, si Eve datang lagi menanyakan, apa saya
tahu sitenya gambar gituan yang gratis. Lalu sambil tersenyum saya hampiri
komputer kemudian saya ketikkan salah satu site sex anak belasan tahun gratis
kesukaan.
Karena waktu mengetik sambil berdiri dan si Khira duduk dikursi meja komputer,
maka dapat saya lihat dengan jelas kebawah bukitnya si Khira yang lebih putih
dari punya nya si Emily. Barangku terasa berdenyut. Setengah kencang.
Setelah gambar keluar, yang terpampang adalah seorang seorang negro sedang
mencoba memasuki barang gede nya ke lobang kecil milik gadis belasan. Sedangkan
mulut gadis itu sudah penuh dengan barang laki laki putih yang tak kalah besar
barangnya dengan barang si negro itu. Terasa barangku kini benar benar kencang
karena nafsu dengan keadaan. Si Emily menghampiri kami berada, karena si Eve dan
Khira tertawa terbahak bahak melihat gambar itu. Aku mencoba menghindar dari
situ, tapi tanpa sengaja sikutnya Khira tersentuh barangku yang hanya tertutup
celana sport tipis.
Baru tiga langkah aku menghindar dari situ, kudengar suara ketawa mereka
bertambah kencang, langsung aku menoleh dan bertanya “Ada apa?”
Eve menjawab “Khira bilang, sikutnya terbentur barangmu” katanya.
Aku benar benar malu dibuatnya. Tapi dengan tersenyum aku menjawab “Memangnya
kenapa, kan wajar kalau saya merasa terangsang dengan gambar itu. Itu berarti
aku normal.” Kulihat lagi mereka berbisik, kemudian mereka menghampiriku yang
sedang mencoba untuk membetulkan letak barangku.
Si Eve bertanya padaku sambil tersipu “Jacky, boleh nggak kalau kami lihat
barangmu?”
Aku tersentak dengan pertanyaan itu. “Kalian ini gila yah, nanti aku bisa masuk
penjara karena dikira memperkosa anak dibawah umur.” (Dinegri ini dibawah 18th
masih dianggap bawah umur)
“Kan tidak ada yang tahu, lagipula kami tidak akan menceritakan pada siapa
siapa, sungguh kami janji.” Si Emily mewakili mereka.
“Please Jacky” Sambungnnya.
“Oke, kataku tapi jangan diketawain yah” Ancamku sambil tersenyum nafsu.
Dengan cepat kuturunkan celana sport ku dan dengan galak barangku mencuat dari
bawah keatas dengan sangat menantang. Lalu segera terdengar suara terpekik
pendek hampir berbarengan. “Gila gede banget!” Kata mereka hampir berbarengan
lagi.
“Nah! Sekarang apa lagi?” Tanyaku.
Tanpa menjawab Khira dan Emily menghampiriku, sedangkan Eve masih berdiri
tertegun memandang barangku sambil tangan kanannya menutup mulutnya sedangkan
tangan kirinya mendekap selangkangannya.
“Boleh kupegang Jack?” Tanya Khira sambil jari telunjuknya menyentuh kepala
barangku tanpa menunggu jawabanku. Dan aku hanya bisa menjawab “Uuuh” Karena
geli dan nikmat oleh sentuhannya.
Sedang Eve masih saja mematung, hanya jari jari tangan kirinya saja yang mulai
meraih raih sesuatu di selangkangannya.
Lain dengan Emily yang sedang mencoba menggenggam barangku, dan aku merasa
sedikit sakit karena Emily memaksakan jari tengahnya untuk bertemu dengan ibu
jarinya.
Tiba tiba Emily, hentikan kegiatannya dan bertanya padaku “Kamu punya film biru
Jack?” Sambil terbata bata kusuruh Eve untuk membuka laci dibawah TV ku dan
minta Eve lagi untuk masukan saja langsung ke video.
Waktu mulai diputar gambarnya bukan lagi dari awal, tapi sudah di pertengahan.
Yang nampak adalah seorang laki laki 60th sedang dihisap barangnya oleh gadis
belasan tahun.
Kontan saja si Eve menghisap jarinya yang tadinya dipakai untuk menutup mulut
sedangkan jari tangan kirinya masih kembali ketugasnya.
Pandanganku sayup, dan terasa benda lembut menyapu kepala barangku dan benda
lembut lainnya menyapu bijiku. Aku mencoba untuk melihat kebawah, ternyata lidah
Khira dibagian kepala dan lidah Emily dibagian bijiku.
“Uuh……sssssssshhh …………uuuuuhhh…………ssssssshhhh” Aku merasa nikmat.
Kupanggil Eve kesampingku dan kubuka dengan tergesa gesa kaos dan BH nya.
Tanpa sabar kuhisap putingnya dan segera terdengar nafas Eve memburu.
“Jacky…..oooohh……Jacky………terussssssssssss……oooooooohhhh” Nikmat Eve terdengar.
Kemudian terasa setengah barangku memasuki lubang hangat, ternya mulut Khira
sudah melakukan tugasnya walaupun tidak masuk semua walaupun dipaksakan olehnya.
“Slep…….slep….chk…..chk………..” Itulah yang terdengar paduan suara antara barangku
dan mulut Khira.
Emily masih saja menjilat jilat bijiku. Dengan kasar Eve menarik kepalaku untuk
kembali keputingnya. Kurasakan nikmat tak ketulungan.
Kuraih bahu Emily untuk bangun dan menyuruhnya untuk berbaring di tempat duduk
panjang. Setelah kubuka semua penghalang kemaluannya langsung kubuka lebar
kakinya
Dan wajahku tertanam diselangkangannya.
“AAAAAAAAAhhhhhh……..Jacky…….aaaaaaahhhhh…..enak Jacky….teruskan……
aaaaahhhhhhhhhh………….terusssssssss Jacky” Jerit Emily
Ternyata Eve sudah bugil, tangannya dengan gemetar menarik tanganku kearah
barangnya. Aku tahu maksudnya, maka langsung saja kumainkan jari tengahku untuk
mengorek ngorek biji kecil diatas lubong nikmatnya. Terasa basah barang Eve,
terasa menggigil barang Eve. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh” Eve sampai
puncaknya.
Akupun mulai merasa menggigil dan barangku terasa semakin kencang dimulut Khira
sedangkan mulutku belepotan didepan barang Emily, karena Emily tanpa berteriak
sudah menumpahkan cairan nikmatnya. Aku tak tahan lagi, aku tak tahan lagi…Aku
…aahhhhh
Sambil meninggalkan barang Emily kutarik kepala Khira dan menekannya kearah
barangku terdengar “Heeerrrrrrrrrrkkkkk” Rupanya Khira ketelak oleh barangku dan
mencoba untuk melepaskan barangku dari mulutnya, tapi terlambat cairan kentalku
tersemprot ketenggorokannya. Kepalanya menggeleng geleng dan tangannya mencubit
tanganku yang sedang menekan kepalanya kearah barangku. Akhirnya gelengannya
melemah Khira malah memaju mundurkan kepalanya terhadap barangku.
Aku meresa nikmat dan ngilu sekali “Sudah…sudah…….aku ngiluuuuuuu…….sudah…..”
Pintaku. Tapi Khira masih saja melakukannya.
Kakiku gemetar. Gemetar sekali. Akhirnya kuangkat kepala Khira, kutatap wajahnya
yang berlumuran dengan cairanku. Khira menatapku sendu. Sendu sekali. Dan
kudengar suara lembut dari bibirnya “I Love you, Jacky” Aku tak menjawab. Apa
yang harus kujawab!
Hanya kukecup lembut keningnya, dan berkata “Thank you Khira”
Rasa nikmatku hilang seketika, aku tak bernafsu lagi walaupun kulihat Eve sedang
memainkan kelentitnya dengan jarinya dan Emily yang ternganga memandang kearahku
dan Khira. Mungkin Emily mendengar apa yang telah diucapkan oleh Khira.
Demikianlah bang Wiro, kejadian demi kejadian terus berlangsung antara kami.
Kadang hanya aku dengan salah satu dari mereka, kadang mereka berdua saja dengan aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar