Kamis, 19 Mei 2011

sepupuku rani....knp yah

Sorenya Om dan Tante sibuk sekali bersiap-siap untuk pergi ke pesta.
Aku cuma mendengarkan kesibukan mereka sambil nonton TV. Rani juga
ikutan ngebantuin. Kemudian sekitar jam 7 mereka sudah pada pergi.
Kemudian Rani ikutan nonton TV sambil tiduran, kepalanya ada di
pangkuanku. Kita nonton selama beberapa saat sambil tanganku
mengusap-usap rambutnya.
"Cium aku dong.." kata Rani tiba-tiba
sambil menengadahkan mukanya ke arahku. Matanya merem, dan bibirnya
setengah terbuka. Akupun segera menurunkan mukaku, kemudian mengecup
keningnya, kedua matanya, kemudian ujung hidungnya, dan kemudian aku
mengecup bibirnya dengan lembut, yang dibalas lembut juga. Ciuman kita
mulai dari kecupan-kecupan lembut, saling mengecup, kemudian makin lama
berubah menjadi saling melumat. Lidah kita saling mencari, saling
membelit, dan saling mengkait. Wangi badannya menambah nikmatnya ciuman
kita. Dan nggak lama kemudian kita merasa sudah sama-sama terangsang.
"Dodi..
ayo.. mana janjinya.." rupanya Rani masih ingat apa yg aku bilang tadi
siang. Dan aku juga memang diam-diam sudah mempersiapkan pelaksanaan
janjiku.
"Iya.. , ayo kita ke ruang atas aja, dan.. ikuti aja apa
yang aku lakuin yah.." Rani cuma mengangguk, dan segera aku bimbing ke
lantai atas, tapi sebelum masuk kamarku Rani aku suruh tunggu didepan
pintu, dan aku segera mengambil sesuatu dari kamar yang segara aku
masukin ke saku celana. Kemudian Rani yang masih berdiri segara aku
peluk, dan aku ciumi. Sungguh, sebenarnya aku sudah sangat gemas, tapi
aku berusaha menahan dulu nafsuku yang sudah semakin naik. Sambil
berciuman kemudian aku mengambil "sesuatu" dari saku celanaku, yang
tidak lain adalah selembar kain yang sudah aku gulung dan sekarang aku
ikatkan dikepalanya untuk menutupi matanya.
Rani yang tidak
menyangka matanya akan ditutup, mulai merasakan sensasi karena
penasaran dan bertanya-tanya apalagi selanjutnya. Ciumannya menjadi
semakin kuat. Dan ketika aku menghentikan ciumanku, dia mendesah-desah
sendiri. Badannya pelan-pelan aku bimbing masuk ke kamarku, dan
berhenti di samping tempat tidurku. Pelan-pelan tali dasternya aku
lepas sampai jatuh di lantai, dan sekarang Rani cuma memakai celana
dalam. Kontolku menjadi sangat tegang melihat Rani yang berdiri pasrah,
menunggu, dan ujung putting susunya bergetar-getar manahan nafsunya
sendiri.
"Dodi.. aahhh.." dasahnya ketika pelan-pelan celana
dalamnya aku pelorotkan ke bawah. Aku tau kita sama-sama sudah nggak
sabar ingin menuntaskan semuanya, tapi keinginan untuk memenuhi janji
menahan aku untuk tidak segera melumati bulu-bulu halus di kemaluannya
yang sudah tidak ditutupi apa-apa. Dan karena memang tidak segera
diapa-apakan, nafsu Rani menjadi semakin naik, dan desahannya semakin
keras. Kemudian Rani aku bimbing, badannya aku baringkan di tempat
tidurku. Mulutnya kembali aku cium sambil aku membungkuk dari samping
tempat tidur. Tangannya aku angkat ke atas ke ujung tempat tidur, dan..
aku ikat dengan kain yang sudah aku siapkan, aku ikat masing-masing ke
ujung tempat tidur, sehingga sekarang tangannya tidak bisa bergerak.
Ketika aku menghentikan ciumanku, badan Rani cuma bisa
mengeliat-geliat, menunggu sensasi berikutnya, dan aku juga nggak
berlama-lama, kaki kanannya segera aku ikat juga ke ujung tempat tidur,
sehingga cuma kaki kirinya yang bebas bergerak.
"Dodi.. aahh..
sayangku.. mmmhhhh…" Rani sudah meracau nggak karuan, dan melihat
badannya yang cuma mengeliat-geliat membuat kontolku semakin
berdenyutan. Aku juga segera membuka seluruh pakaianku. Kontolku sudah
sangat tegang. Kemudian pelan-pelan aku mengelusi badannya, seluruhnya,
dengan lembut, dari ujung kaki ke ujung rambut, tapi tanpa menyentuh
memeknya, juga tanpa menyentuh susunya, dan Rani bereaksi dengan
semakin menggeliat dan mendesis-desis. Ketika pahanya yg sangat kencang
itu aku elusi, Rani bereaksi dengan membuka kakinya lebar-lebar,
sehingga belahan memeknya membuka, memperlihatkan itil dan lubang
kenikmatan yang sudah dibasahi cairan yang mengalir keluar. Rasanya aku
sudah sangat tidak sabar untuk segera menyedot dan mengisap seluruh
cairan itu. Kemudian aku mengambil botol madu yang juga sudah aku
siapkan, aku buka tutupnya, dan pelan-pelan madu yg kental aku oleskan
ke puting susunya.
"Dodi…" badan Rani sampai terangkat ketika cairan
madu menetes ke putingnya. Kemudian puting yang satunya lagi dan
akhirnya aku teteskan ke susunya, belahan susunya, kebawah, sampai ke
pusarnya. Dan erangannya semakin keras, dan badannya melonjak ke atas
ketika puting susunya mulai aku jilat. Aku jilati semua madu yang ada
di dadanya pelan-pelan, kadang-kadang juga dengan kasar, perutnya juga
aku jilati. Semakinlama aku cium, putting susunya semakin keras dan
semakin menjulang, dan menantangku untuk menikmatinya.
"Rani.. enak
sayang.. ayo.. tereak aja.., aku suka denger kamu mengerang.." kataku
sambil terus menjilat dan menggigiti putingnya. Nggak terasa mungkin
aku malakukannya hampir 10 menit, sampai aku mulai mengalihkan
sasaranku.
"Dodi.. terus.. aahhh… cepetan… aahhh" katanya ketika
kaki kirinya aku kangkangkan lagi, dan ketika aku mulai menetaskan madu
ke belahan memeknya, ke itilnya, dan dengan nggak sabar aku segera
memainkan lidahku ke seluruh permukaan memeknya, manjilati madu yang
semakin bercampur dengan cairan yang keluar dari memeknya. Itilnya aku
sedot-sedot sampai Rani berteriak-teriak sambil mengangkat pantatnya ke
atas. Cairan memeknya aku sedot habis, dan terus aku jilati cairan yang
baru keluar, dan aku cari terus sampai kesumbernya, ke lubang
kenikmatan itu. Pantatnya mulai bergoyangan dengan liar ketika lidahku
mulai menyelip di bibir memeknya. Kaki kirinya aku sampirkan di pundak
kananku sehingga selangkangannya makin menganga. Aku juga makin rakus
menciumi dan menjitati seluruh bagian sensitif tubuhnya. Tanganku ikut
meremasi susunya, sampai aku merasa memeknya meremasi lidahku yang
menyelip-nyelip.
Dan, ketika itilnya juga aku mainkan dengan
telunjuk dan jempolku, denyutan memeknya semakin menjadi-jadi. Aku tau
orgasmenya sudah dekat. Kata-kata kenikmatan yang keluar dari mulutnya
sudah nggak jelas lagi dan berubah menjadi pekikan-pekikan kecil.
Badannya yang terikat cuma bisa meronta-ronta dan pantatnya terus
mendesak ke atas mendesakkan mulut dan lidahku untuk semakin dalam
menjelajahi dinding memeknya. Pada akhirnya, kaki kirinya yang ada
dipundakku menekan erat kepalaku dan pantatnya naik ke atas jauh dari
kasur, dan mulutnya memekin keras sekali.
"hhh.. aaaahh.. Dodii….
Yaaaaa.. aaahhhh… sekkkarrrangg… yaaa.. aaahh.. sekkkarrangg…" pekiknya
berulang-ulang ketika akhirnya dia orgasme. Dan orgasmenya datang
beruntun terasa sekali di hentakan-hentakan pantatnya, juga kakinya
yang kencang sekali, dan juga semburan-semburan yang langsung aku
tangkap dengan lidahku. Aku yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini
dengan rakusnya menyambut dan terus melumati memeknya yang semakin
basah. Dan rupanya semua kegiatanku membuat orgasmenya datang lagi,
susul menyusul. Semakin kencang orgasmenya, semakin buas juga aku
menikmatinya.
"ya tuhan.. aaahh… dodddii.. ahhh… a.. a.. hhhhh…." Jeritnya terus menerus.
Akhirnya,
setelah beberapa menit lamanya puncak kenikmatan itu datang, badan Rani
berangsur-angsur bergerak semakin pelan, dan pantatnya juga sudah turun
kembali ke kasur. Maka akupun tidak lagi menciumi memeknya, tapi
sekarang mengelusinya dengan pelahan agar sisa kenikmatan yg dirasakan
turun juga dengan pelahan. Jembutnya aku mainkan dengan lembut, aku
sisiri dan aku usap-usap seirama dengan desah nafasnya yang semakin
teratur.
"Dodi.., thanks yah.., kamu luar biasa sekali.." desahnya
disela-sela nafasnya yang masih agak memburu. Dan ketika ritmenya sudah
teratur lagi, akupun melancarkan aksi berikutnya. Aku melihat kontolku
sudah sangat tegang, dengan urat-urat yang keluar menonjol, dan dari
ujungnya sudah banyak sekali cairan yang keluar. Maka pelan-pelan
sekarang kontolku aku usapkan ke perutnya, kemudian aku telusurkan naik
ke susunya. Kemudian aku naik, duduk di atas perutnya agak ke atas, dan
kontolku aku taruh diantara susunya. Sekarang susunya aku remas-remas
dan aku jepitkan ke kontolku. Rasanya…..
"hhh… ranni…" akupun mulai
mengerang sendiri, yang disambut dengan erangan Rani yang rupanya sudah
mulai terangsang lagi. Badan Rani menggeliat lagi ketika kontolku yang
terjepit susu itu mulai aku gerakkan maju mundur. Dan mungkin karena
sudah sangat tegang, sehingga kontolku selain sudah keras sekali juga
mamanjang dengan maksimal. Kalau aku gerakkan maju, ujung kontolku
menyentuh dagunya, dan mulut Rani dengan otomatis langsung terbuka..
"sini..
dodi.. sini.. aku telan.." desahnya yang semakin membuat denyutan
kontolku semakin keras. Akhirnya akupun mengusapkan ujung kontolku ke
bibirnya, dan karena tidak aku dorong ke mulunya maka cairan kontolku
mambasahi bibirnya. Mulut Rani membuka menanti kontolku, dan karena
tidak juga aku dorong, maka sekarang lidahnya yang menjulur keluar dan
mulai menyapu ujung kontolku. Lidahnya yang lembut, dan terutama dengan
melihat Rani yang tidak berdaya, membuat aku semakin mendesah merasakan
semuanya yang semakin mendesak. Ketika akupun sudah nggak tahan
sendiri, maka aku mulai membenamkan kontolku ke dalam mulutnya yang
langsung disambut dengan lumatan lidahnya dan katupan bibinya yang
menyedot-nyedot. Aku ikut membantu dengan memegangi kepalanya. Karena
memang sudah menahan nafsu dari tadi, maka orgasmeku langsung datang
dengan cepat. Kontolku menjadi berdenyutan, semakin keras, dan ketika
saatnya aku rasakan sudah datang aku langsung mencabut kontolku dari
mulutnya yang disambut dengan pekikan rani yang ingin merasakan
spermaku.
Tapi aku nggak peduli, dan kontolku yg sudah ada diluar mulutnya langsung aku kocok sendiri, dan…
"aaahhh…
aaahh… hhhh…" pekikku tertahan ketika akhirnya spermaku menyembur
keluar kemana-mana. Dan itu sangat nikmat dengan terus menyemprotkan
spermaku ke seluruh badannya, perutnya susunya, lehernya, dan ketika
aku merasakan desakan lagi, aku langsung memasukkan kontolku ke mulut
rani dan spermaku lagi-lagi menyembur dengan keras yang langsung
mengalir ke dalam tenggorokannya. Rani juga berlaku seperti orang yang
sangat kehausan, mulutnya terus-menerus menyedot tanpa henti tanpa
menyisakan spermaku sedikitpun. Nikmat yang sangat luar biasa sekali.
Dan mulutnya masih terus mengulum kontolku, walaupun ketegangannya
sudah berangsur turun.
"dodi.. ahh.. jangan dicabut.. biar aja..
biar Rani bikin tegang lagi.." rengeknya saat aku mau mencabut kontolku
dari mulutnya. Akupun karena memang masih menikmati sensasi ini menjadi
batal mencabut, dan membiarkan kontolku untuk terus dikulum dan
dimainkan lidahnya. Kemudian sembari mengatur nafas, ikatan yg menutupi
matanya aku lepaskan, dan ketika matanya dengan pelahan membuka, aku
tau bahwa Rani masih didalam nafsu yang tinggi. Matanya dengan sayu
memandangiku sementara mulunya terus memainkan kontolku. Memang cuma
itu yang bisa dia lakukan saat itu. Maka nggak sampe menunggu lama,
kontolku sudah menjadi tegang lagi. Merasakan hal itu, mulut Rani
semakin meremasi batang kontolku dengan nafas yang semakin memburu.
"mmhh…
mmhh…hhh…" hanya suara desahan-desahan yang keluar dari sela-sela
bibirnya. Kemudian waktu aku merasakan nafsuku sudah benar-benar naik
lagi, dan kontolku juga sudah sangat kencang, aku mencabutnya dari
mulutnya, kemudian membuka ikatan kakinya dan aku segera menindih badan
Rani yang masih berlepotan spermaku. Mulutku langsung melumati
mulutnya, dan badan kita bergeseran dengan nikmat, karena licinnya
sperma yang bercampur dengan keringat. Rani cuma bisa menggeliat-geliat
ketika kontolku yg sangat panas menempel di perutnya. Dengan tidak
menunggu lama, aku langsung mulai menggeserkan kepala kontolku ke
permukaan memeknya, ke belahan memeknya, diusapkan ke itilnya dan ke
bibir memeknya. Akhirnya dengan pelahan aku mulai membenamkan kontolku
yang langsung disambut Rani dengan melingkarkan kedua kakinya ke
pinggangku erat-erat. Kemudian ketika ikatan kedua tangannya aku buka,
tangan Rani langsung memelukku dengan gemas. Kita saling mengayun,
meremas, mendesak, menggeram dan menikmati sensasi yang semakin tinggi.
Dengan masih saling menggoyangkan pantat dan saling mencengkeram,
posisi badan kita bergantian, kadang aku yang diatas, kadang Rani yang
diatas. Kita sudah tidak memikirkan ganti posisi lagi, yang ada adalah
menuntaskan semuanya dengan saling memberi kenikmatan.
"ahh.. Rani.. ahh terus sayang…."
"dodii… yyyaaaa…. Aaahh… yyaaa.."
Badan
kita terus bergulingan, dengan tangan sama sama memeluk erat. Kita juga
sama-sama saling menghujamkan senjata masing-masing. Kalau aku pelan
menarik kontolku, Rani juga menariknya pelan. Dan kalau aku
menghujamkan kontolku, Rani juga menyambutnya dengan ikut mendesakkan
pantatnya dan terus dihujamkan dengan pantat yang berputaran sehingga
kontolku yang terbenam menjadi semakin terbenam dan seolah diremas oleh
seluruh bagian memeknya. Begitu terus, berulang-ulang.., dan semakin
cepat, dan semakin cepat, dan ketika sudah saling merasakan datangnya
puncak kenikmatan itu, kita saling menggigit, dan jari-jari Rani
mencengkeram punggungku erat-erat. Dan, ketika orgasme itu datang, kita
merasakannya bersamaan.
"dodddiii.. hahhh… ahhhh.. yyyaaa.. sekkaraang…"
"iiyyyaa… ssaammmaaa…. Sekkarrangg.."
Kita
sama-sama menggeram, dan ketika akhirnya aku mengayunkan kontolku
dengan keras, Ranipun langsung mengunci kakinya kepinggangku, dan terus
memperketat lingkaran kakinya, sambil memeknya terus didesakkan
kekontolku, dan denyutan-denyutan memeknya yang sangat keras membuat
kontolku juga memuncratkan spermaku dengan sangat keras.
"aaahhh…
hhhaaahhh… hhh…." Teriak kita berulang-ulang seirama dengan muntahan
sperma yang membanjiri memeknya. Dan seperti juga mulutnya, memeknya
juga seolah-olah mulut yang kehausan. Memeknya terus berulang-ulang
berdenyut seperti meremas dan menyedoti spermaku. Kita masih terus
saling menghentakkan badan uantuk beberapa saat, dan kejutan-kejutan
badan yang kita rasakan datang sambung menyambung. Setelah semuanya
akhirnya tertuntaskan, maka pelahan-lahan ritme gerakan kita semakin
mengendur. Dan ketika semuanya normal kembali, yang ada hanya dengus
nafas kita yang masih memburu. Kita terus berpelukan, dan masih
menikmati sisa kenikmatan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar